Inilah Cecilia......................

☺☻ Hello..... welcome to my blog.... Humm..... yeaay.... Thank you for visiting .... Hahahahahaa... ☺☻

Kamis, 30 September 2010

Wake me up when september ends !!!

Today, 30 September 2010.
The last day of September. I love September but not this year. This september was the worst September I've ever had because I have full red absent at my office  +_+.
But besides I have a good experience in this September. 7th - 9th September I was in PPLH (Pusat Penelitian dan Lingkungan Hidup) Puntondo, Takalar. Retreat with friends in church was very nice. Taking a rest for 3days from office and free 2 days in Idul Fitri. Very nice I thought ☺

The weather in Makassar was messy. Rain and rain and rain but still too hot for me in my little room.
Even now is rainy out there but I can't breath.. Fiuh!

Today was Thursday. For a while, I got to go to church and do some praying. Much better to see Jesus after all my activity today ☺. Not just see, but singing and worship Him as my really God. ☺ very nice to know that I knew Jesus in my life. ^^

Okay, it's 4:15 and it's time to close my work..
have a great rest day ☺☺☺

Rabu, 22 September 2010

Hidup Saya...

Nama lengkap saya Cecillia Luhulima. Saya tinggal di sebuah kota di Sulawesi Selatan, Indonesia bernama Makassar. Saya adalah anak ke-4 atau anak terakhir dari 4 bersaudara.  Kurang lebih hampir 13 tahun yang lalu saya sempat merasakan beberapa saat menjadi seorang kakak, atau lebih tepatnya adik saya lahir dan hidup hanya sehari pada tanggal 15 November 1997 silam. Adik laki-laki saya itu bernama lengkap Christian Daniel Luhulima. Ia lahir dan hidup hanya sehari dikarenakan penyakit darah tinggi yang di alami mama saya memaksanya keluar sebelum waktunya dan pada akhirnya tidak bertahan lama untuk hidup dan bernafas. Pada saat itu saya yang masih berumur 6 tahun tentu saja merasa sedih meskipun tidak terlalu mengerti arti dari kehidupan ataupun kematian. Kisah tentang adik saya adalah salah satu kisah yang mewarnai hidup saya dengan warna hitam. Noda hitam lain yang mewarnai kehidupan saya adalah kepergian papa saya yang hari ini 22 September 2010 tepat 2 tahun peringatan..

 Tanggal 19 Agustus 2008 papa saya masuk rumah sakit karena pencernaan yang kurang baik. Beberapa kali tugas jaga papa, sempat juga terjadi insiden dirumah sakit. Seperti papa yang sempat beradu mulut dengan seorang mantir "stress" yang sempat marah-marah sama saya sampai buat papa marah. Saat itu mantir marah karena keluarganya papa dipanggil untuk membahas satu dan lain hal tapi berhubung kakak saya yang tertua yang bertanggung jawab sedang tidak tugas jaga dan papa tidak mau itu dibahas kepada saya jadinya papa mencegah saya. Setelah 2 panggilan dari suster yang tidak kami tanggapi, 1 orang mantir datang dengan emosi ke bangsal tempat kami berada. Berteriak-teriak sehingga sangat mengganggu pasien lain. Sampai-sampai saat itu ada satu pasien yang baruu saja datang dan belum menempati tempat tidurnya terikut emosi melihat mantir "stress" itu di atas kursi rodanya. Gilanya si mantir hampir saja memukul pasien itu karena ikut campur. Untung saja keluarga pasien itu langsung mencoba menahan pasien itu sedang yang lain hanya terpaku diam melihat mantir gila ini. Setelah beradu mulut lagi dengan si mantir, saya meminta ijin sama papa untuk membiarkan saya ikut saja kesana daripada kedaan semakin parah. Saat ikut keruangan suster, saya sangat tegang dan berdoa dalam hati. Si mantir masih saja emosi dan masih bicara kasar sama saya tapi saya juga tangkis kata-katanya dengan tegas bahwa papa saya tidak boleh dimarahi karena bagaimanapun papa saya tetap saja PASIEN. Insidenpun berlalu dan membuat papa pada hari itu tiba-tiba makan banyak karena stress.
1 minggu berada di kelas ekonomi kamar salah satu rumah sakit di makassar membuat papa saya bosan dan melakukan "cara apapun" untuk keluar. Yah, dengan cara apapun. Tanggal 26 Agustus 2008 di suatu pagi saat saya sendiri yang bertugas menjaga papa terbangun dan bersiap diri. Tiba-tiba papa saya menyuruh saya untuk membeli makan pagi diluar sana. Saya sih kaget, dalam hati "papa kok mau ditinggal sendirian? Kalau bentar-bentar mau ke wc lagi pasti kan butuh pertolongan". Saya sih enggan tapi papa jadinya menyuruh. Saya turuti saja dan sepanjang hari itu pada akhirnya berlalu seperti biasanya. Keesokan harinya setelah beberapa kali pertukaran jaga saya agak kaget dengar kalau hari itu papa sudah boleh keluar dari rumah sakit. Yah, kami satu rumah senang tapi kaget juga. Ya sudah, papa pulang kerumah lagi meskipun sesaat sebelum meninggalkan rumah sakit papa pinjam wc rumah sakit lagi karena perutnya masih tidak enak. Saya sih tidak berdaya saja lihat papa saya yang sepertinya masih dalam kondisi lemah saat itu sudah harus pulang kerumah. Beberapa hari dirumah tidak ada perubahan dari sakit yang papa derita. Semakin baik tidak, semakin buruk, mungkin iya. Lalu kenapa papa bisa keluar rumah sakit? Singkat cerita, ternyata satu hari sebelum papa keluar rumah sakit saat saya sedang membeli makanan di luar, dokter datang untuk memeriksa papa and papa "bohong" sama dokter kalau keadaannya sudah membaik. Saya baru tahu kenapa papa saya menyuruh saya membeli makanan diluar pada saat itu.
Dengan keadaan papa yang tidak semakin membaik, semua setuju kalau papa harus balik kerumah sakit. Tapi papa sendiri tidak mau masuk rumah sakit, jadi kita semua tunggu keputusan papa saja. Awal rencana papa akan dibawa ke rumah sakit itu tanggal 13 September 2008 (saat itu hari sabtu). Saat itu papa terus menunda dan memang tampak dari sikap papa yang tidak mau meninggalkan rumah. Saya masih ingat raut wajah papa saat itu yang tidak ingin meninggalkan rumah tercintanya.
Akhirnya setelah ditunda, tanggal 15 September 2008 papa di bawa kerumah sakit dengan taxi. Saya masih ingat sesaat sebelum masuk taxi papa masih sempat melihat pemandangan rumah sekeliling sampai menyapa tetangga dan masuk kedalam taxi. Saat-saat seperti itu sih kita sering sebel sama papa. Saat-saat seperti itu kita tidak tahu apa-apa dan tidak mau berpikiran macam-macam. Padahal tanpa kita ketahui kalau saat itu adalah terakhir kalinya untuk papa melihat rumah kesayangannya dan saat itu hanya papa sendiri yang bisa merasakannya.
Sejak tanggal 15 September 2008 itu papa nekat mau dirawat di kelas dua dengan memakai kartu ASKESnya. Kami sekeluarga ikut saja apa kata papa yang penting papa senang. Seiring waktu berlalu dirumah sakit seperti tidak terjadi apa-apa. Hari-hari itu juga tiba-tiba mama jadi rajin kerumah sakit jagain papa padahal mama itu agak trauma rumah sakit. waktu papa di rawat di kelas ekonomi itu jangankan tugas jaga, jenguk papapun hanya satu kali. Untungnya papa sudah ngerti sikap mama yang satu itu kalau mama agak trauma rumah sakit. Tapi waktu papa dirawat dirumah sakit yang kedua ini, mama jadi mau jagain papa. Meskipun kamarnya kelas 2 tapi jujur saja tidak kalah pengapnya dengan kelas ekonomi. Tapi mama tetap rela jagain papa.
Hari-haripun berlalu. Keadaan papa semakin lama semakin buruk. Kakak yang paling tuapun jadi semakin aktif jagain papa dan sempat berapa kali ijin dari pelayanan. Hari-hari berlalu. Tanggal 20 September 2008 saya mengusulkan sama papa untuk menghubungi teman-temannya menjenguk dirumah sakit supaya papa terhibur. Beberapa waktu sebelum papa sakit, papa memang senang ngumpul dengan teman-temannya. Kadang teman-teman papa bertamu dirumah beberapa kali. Waktu papa masuk rumah sakit kelas ekonomi waktu itu papa memang tidak bilang-bilang karena takutnya kalau rame-rame datang jenguk malah bikin penat pasien yang lain. Jadi mungkin ini saat yang tepat. Saya pikir papa akan semakin senang ketika teman-temannya papa datang. Tanggal 20 September 2008 ada beberapa keluarga yang datang menjenguk. Beberapa hari itu papa memang sudah pakai selang untuk memasukkan makanan. dan di hari Sabtu itu papa sudah meminta dokter untuk melepaskan selangnya. Hari itu papa punya permintaan aneh-aneh. Tiba-tiba saja papa minta es batu dan jadi marah-marah. Malamnya saat teman-teman papa sudah janji datang, saya pikir papa akan semakin terhibur. Saya justru melihat sesuatu yang sangat menyakitkan. Saat semua teman-temannya papa berkumpul, papa justru mulai bercerita tentang hidupnya yang seakan sudah hampir berakhir. Saya coba bertahan disamping papa sambil mengusap air mata papa dan mendengar semua kesedihan papa itu. Sampai saya tidak tahan dan saya menyendiri karena jengkel melihat papa yang baru sekali seumur hidupku saya lihat papa tidak semangat hidup lagi seperti itu. Saya duduk di sekitar beranda rumah sakit dekat dapur. Dan itu untuk pertama kalinya  dalam hidup saya juga kalau saya jadi sangat benci melihat langit malam dan bintang yang bersinar pada malan itu. Saya sama sekali tidak ingin menengadahkan kepala saya ke atas dan melihat semua bintang-bintang menyebalkan pada malam itu. Sempat saya tumpahkan semuanya di buku catatanku kalau saya jengkel sekali lihat papa yang mulai putus asa untuk hidup itu. Sesekali saya menoleh kebelakang melihat keadaan kamar takutnya ada apa-apa. Saat itu saya sudah memikirkan hal terburuk dengan tidak sempat melihat papa untuk terakhir kalinya. Tapi jujur saya senang setiap kembali kekamar yang saat itu cukup penuh dengan teman-teman papa dan melihat papa masih ada dan berbicara meskipun dengan wajah tersedih yang baru kali itu saya lihat. Hari itu berakhir dengan suasana yang mencekam. Dihari itu emosi yang kurasakan juga semakin melunjak. Saya sering jengkel kalau papa suruh saya diam saat saya coba menghibur atau bertanya atau bercerita. Di hari itu sudah dipastikan saya jaga malam. Meskipun keesokan harinya hari minggu saya harus belajar dan bersiap diri untuk hari Senin hari pertama semester, tapi saat itu saya tetap pengen jagain papa. Tapi karena kejadian-kejadian kecil yang menggangu itu membuat saya semakin ngambek dan pada akhirnya dengan alasan mau istirahat banyak untuk persiapan belajar saya minta pulang dan betul-betul tidak mau jaga. Tanpa saya sadar bahwa keputusan saya saat itu membawa penyesalan sampai hari ini.
Hari minggunya tanggal 21 September 2008 saya datang pagi kerumah sakit sama mama. Dirumah sakit sampai sore, dan pulang menjelang malam karena mau ke gereja jam setengah 7 malam. Jujur saja saya justru lupa akan kejadian-kejadian apa saja di hari itu. Sebenarnya ada keinginan di hati saya untuk tidak pergi gereja dan tetap temenin papa sampai saya pulang malamnya. Tapi karena kejengkelanku masih terasa, jadi saya memilih untuk tidak mau mendengar papa marah-marah lagi dan pergi gereja dengan mama.
Saat sudah mau pergi, saya mengucapkan salam perpisahan dengan papa.
" Daag papaa.. "
Dengan lembutnya suara papa, papa menjawab
" Daag.."
Saat itu saya betul-betul memperhatikan matanya papa. Masuk kekedalaman mata papa. Meski hanya sejenak lalu saya katakan dalam hati, 'ini bukan mata yang terakhir'. Selama beberapa hari terkadang hal itu yang terus kupastikan selama di rumah sakit.
'Ini bukan mata terakhirnya papa yang saya lihat', kata-kata itu terus yang kuucapkan untuk menghibur diri.
Tanpa kuketahui bahwa sampai detik ini, mata yang kulihat saat itulah yang menjadi kenangan, kenangan atas pandangan tearkhirnya papa untuk saya...
Sampainya di gereja, ibadah memang terasa sangat lain. Lebih mencekam dibanding ibadah-ibadah sebelumnya. Pujian, penyembahan betul-betul nyanyian dari hati untuk kesembuhan papa. Saat khotbah, saya sama mama tidak merasakan apa-apa hanya ngantuk berat karena berhari-hari gonta-ganti jaga dirumah sakit. Waktu selesai khotbah dan mulai pujian saya rasa ngantuk itu mulai hilang. Tapi saat lagi penyembahan, tiba-tiba saja mama hampir jatuh karena ngantuknya yang saya tahu kalau sudah begitu berarti berat sekali. Tapi yang saya rasakan saat melihat mama saat itu justru saya ketawa sengakak-ngakaknya. Entah kenapa mungkin juga karena selama beberapa hari susah ketawa, tiba-tiba saja saya seperti tidak bisa berhenti ketawa karena liat mama yang kayaknya lucu sekali mengantuk dan hampir jatuh bahkan saat sudah berdiri dan menyanyi. Entah kenapa saat itu saya justru ketawa dengan senangnya karena terlihat sangat lucu. Padahal, hari ini, kenangan yang lucu itu menjadi air mata di ingatanku.
Sesaat sebelum pulang, ada misscall dari kakak yang paling tua. Pulangnya saya sama mama singgah di toko untuk beli handuk karena siapa tahu dibutuhkan sampai-sampai kakak misscall tadi.
Rencana awal, pulang gereja saya langsung pulang sedang mama kembali kerumah sakit. Pulangnya, ada tetangga mengedor jendela kamar. Saya sama mama segera saja panik dan berpikir ada apa dirumah sakit sampai tetanggapun di telepon. Bahkan tetangga sampai mengedor jendela kamar itu berarti sesuatu yang betul-betul gawat. Saat ketemu tetangga itu langsung saja dia bilang kalau tadi kakak yang paling tua menelepon kesitu katanya suruh datang kerumah sakit sama saya juga sekarang! Tidak tahu alasannya kenapa. Saya sama mama mencoba tenang. Saat itu yang saya rasa, saya tidak mau kehilangan papa. Saya tidak mau terlambat melihat papa. Saat masuk rumah, ada secarik kertas dari kakak saya yang kedua bertulis


Ma, kerumah sakit sekarang.
papa di ruang ICU



Saya dan mama kaget setelah membaca kertas yang ditaruh di atas meja itu. Saat itu saya rasanya langsung pengen nangis. Terus mama telepon kaka saya yang paling tua dan saya telepon taxi. Baru saja telepon, taxinya sudah datang tapi keterusan. Saya kejar taxi itu sambil lari di tengah rasa takut dan capek sampai hampir setengah lorong tapi taxi itu keburu jauh. Saya balik kerumah dan untungnya taxi yang saya pesan baru saja datang jadi taxi yang saya kejar tadi taxi yang lain. Saya dan mama langsung menuju ke rumah sakit. Saat itu entah kenapa malam menjadi macet tidak seperti biasanya dan taxi itu semakin lama dan membuat kami tidak sabaran. Didalam taxi saya dan mama hanya bisa terdiam-terpaku dengan pikiran yang macam-macam dan penuh ketakutan. Sampai di rumah sakit, segera saya dan mama menuju ruang ICU yang entah mengapa beberapa hari yang lalu menjadi salah satu perhatianku saat jalan-jalan dirumah sakit.
Jam menunjukkan kira-kira sudah pukul setengah 10 malam. Jam besuk sudah habis tapi pintu masih dibuka buat keluarga pasien yang sekarat. Dan rasa-rasanya yang memenuhi rumah sakit saat itu semuanya keluarga dan teman-temannya papa. Bisa dibilang saya sama mama orang terakhir yang datang dan ditunggu-tunggu.
Sebelum masuk sempat melihat kakak yang ketiga. Saat itulah betul-betul suasana terasa sangat suram dan mencekam. Ada apa ini? Semuanya terasa begitu sangat lain. Suasana hati yang terikut suram dan tak berpengharapan.
Masuk ke ruang ICU masih dengan busana gereja.
Dan untuk pertama kalinya melihat seorang ayah yang selama ini begitu tegar,
yang selama ini berdiri tegap dihadapanku,
yang selama ini pundaknya kujadikan penopang bebanku,
yang selama ini kulihat raut wajah senyum, tawa dan kemarahan dari wajah itu,
semuanya hilang..
Melihat seseorang yang SETIAP HARI hidup dan bernafas di jalur hidupku..
Melihat seorang ayah yang begitu sangat berarti dalam hidupku,

terbujur kaku dililit mesin dan semua peralatan..
Dikelilingi orang-orang yang berdiri menghadap padanya dan terisak..
Sesaat saya merasa berada di tempat paling menyakitkan dalam sepanjang hidupku..
Melihat kakak laki-laki yang tiba-tiba meledakkan tangisannya..
diikuti tangisan kakak ketiga yang langsung saja bersandar di bahu kakak saya yang laki-laki..
Seketika ku dipeluk dan meledaklah tangisanku melihat semua orang yang kusayangi menangis karena orang yang sangat berarti dalam sepanjang kehidupanku berada dalam kelemahan yang begitu hebatnya.
Nafas yang masih tersengah-sengah membuatku semakin sakit.
Sekan-akan ingin kukatakan, ambil saja nafasku jika begitu susahnya ia bernafas.
Ingin kutolong papa saat itu.. Membantunya bernafas karena selama ini ia telah membantuku bernafas...

Ingiiin rasanya aku yang mengambil derita yang dia alami itu..
Karena lebih baik aku merasakan sakit badan dibanding aku harus merasakan kehilangan satu lagi sosok seorang laki-laki dalam kehidupanku..

...

...

Papa melewati masa kritis selama kurang lebih jam 20:00, 21 September 2008 - 02:00 am.
Selama itupun masih besar keinginan dalam hati kami kalau papa akan melewati masa kritis, hidup lagi dan bisa sembuh.
Masih banyak hal yang belum kuceritakan pada papa saat itu.
Papa belum tahu kalau saya sudah dibaptis selam pada tanggal 27 January 2008

Pada akhirnya
Saat itu saya mengucapkan dua janji untuk papa saya
- Saya akan LULUS dalam Ujian Nasional karena saya tahu banyak orang yang tidak bisa melaluinya. Dan papa sangat ingin melihat semua anaknya lulus.
- Saya akan menuruti kata-kata mama, kakak-kakak saya.


Saya bisikkan itu di telinga papa saya. Saat itu dokter mengatakan kalau sebenarnya papa sudah tidak ada sejak awal sekarat tadi. Dan kali ini pernafasan papa itu semua hanya pertolongan mesin. Waktu dokter memeriksa pupil mata papa dengan senter, saya sendiri juga melihat kalau pupil mata papa tidak mengecil atau membesar lagi. Setelah dokter pergi, saya menatap kedalam matanya papa..


Mata itu sudah kosong..
Papa sudah tidak ada dalam tubuh yang bernafas itu...
Karena itu kami semua mengambil keputusan untuk membiarkan dokter mencabut semua alat pernafasan karena sesungguhnya papa sudah tidak ada..
Kami sekeluarga mengucapkan salam perpisahan sama papa..
Semua datang berdoa. Setelah amin, alat pertama dicabut.. namun papa masih bernafas.
Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk terus berada disampingnya papa.
Saat itu kakak yang ke-2 (laki-laki) belum sepenuhnya menerima kepergian papa..
Bagi dia dalam ilmu kedokteran, tidak ada kata menyerah.
Sebenarnya semuanyapun begitu. Tapi kami semua tidak mau melihat papa yang tersiksa karena alat-alat yang sangat menyiksa itu...
Akhirnya kakak yang ke-2pun rela melepas papa pergi..

Munurut keterangan mama dana saudara-saudara, beberapa hari yang lalu papa sempat ngomong agak ngawur. Katanya jam 2 papa mau dijemput. Waktu dengar itu sih mama diam-diam saja dan mama sempat kepikiran mungkin saja ada yang mau datang jenguk papa. Tapi jam 2 siang tadinya juga tidak ada siapa-siapa.. Dan akhirnya semua mengertilah...





Sampai akhirnya jam 02:00 am



papa dipanggil dengan lembut oleh-Nya..


Good bye, papa...

Secara persis kepergian papa dari nafas terakhir itu tidak ingin kulihat. Sama waktu kepergian oma dari papa yang hampir tepat setahun lalunya meninggal. 16 September 2007...


Itulah kepergian kedua dalam hidupku ..





thanks for visiting, I'll send an angel to you.. ^^

http://zaazu.com

FoLLow meeee....